ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut)



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Salah satu penyakit yang paling banyak diderita oleh masyarakat adalah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut). Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk-pilek, disebabkan oleh virus, dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik.Infeksi saluran pernapasan bagian atas terutama yang disebabkan oleh virus, sering terjadi pada semua golongan masyarakat pada bulan-bulan musim dingin.
ISPA, diare dan kurang gizi merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak di negara maju dan berkembang. ISPA merupakan penyebab morbiditas utama pada negara maju sedangkan di negara berkembang morbiditasnya relatif lebih kecil tetapi mortalitasnya lebih tinggi terutama disebabkan oleh ISPA bagian bawah atau pneumonia. Menurut penelitian Djaja, dkk (2001) didapatkan bahwa prevalensi ISPA di perkotaan (11,2%), sementara di pedesaan (8,4%); di Jawa-Bali (10,7%), sementara di luar Jawa-bali (7,8%).6 Berdasarkan klasifikasi daerah prevalensi ISPA untuk daerah tidak tertinggal (9,7%), sementara di daerah tertinggal (8,4%).
Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2005, terlihat bahwa cakupan pneumonia penderita dan pengobatan dari target (perkiraan penderita) masih relatif rendah, tahun 2000 ada 30,1%; tahun 2001 ada 25%; tahun 2002 ada 22,1%; tahun 2003 ada 30%; tahun 2004 ada 36%; tahun 2005 ada 27,7%. Hasil pantauan yang dilakukan ini belum menggambarkan kondisi yang sebenarnya oleh karena masih ada beberapa wilayah yang belum menyampaikan laporannya. Penelitian Septri Anti (2007), dari catatan bulanan program P2 ISPA Kota Medan tahun 2002-2006 didapatkan bahwa berdasarkan hasil uji regresi linier terdapat nilai signifikan sebesar 0,552 (>0,05), tidak terdapat hubungan yang signifikan antara waktu dengan jumlah penderita ISPA pada balita, hal ini berarti bahwa adanya kecenderungan peningkatan jumlah balita penderita ISPA, dimana penderita penyakit ISPA pada tahun 2002 berjumlah 8.836 orang dan pada tahun 2007 mencapai 9.412 orang.
B.      Rumusan Masalah
Dari beberapa uraian tersebut di atas, maka penulis merumuskan masalah tersebut yaitu :
                              1.            Apa defenisi dari ISPA (Penyakit Saluran Pernapasan Akut)?
                              2.            Apa yang menjadi sumber terjadinya penyakit ISPA?
                              3.            Apa media transmisi penyakit ISPA?
                              4.            Bagaimana perilaku pemajanan atau factor resiko penyakit ISPA?
                              5.            Bagaimana kejadian penyakit ISPA?

C.     Manfaat
Adapun manfaat dari penyusunan makalah ini yaitu:
1.      Agar kita dapat mengetahui tentang penyakit ISPA, penyebabnya, media atau perantara timbulnya penyakit ISPA, dan factor resiko penyakit ISPA
2.      Memberikan kita informasi tentang penyakit ISPA sehingga kita bisa melakukan pencegahan lebih awal tentang penyakit tersebut.

D.     
BAB II
ISI
A.    Defenisi ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut)
ISPA sering disalah-artikan sebagai infeksi saluran pernapasan atas. Yang benar, ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernafasan Akut, yang meliputi saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah. Penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu atau lebih bagian dari saluran napas mulai dari hidung (saluran bagian atas) hingga jaringan di dalam paru-paru (saluran bagian bawah).
Istilah ISPA meliputi tiga unsur yakni ‘infeksi’, ‘saluran pernapasan’, dan ‘akut’, dimana pengertiannya adalah sebagai berikut :
1.      Infeksi
Adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.
2.      Saluran pernapasan
Yang dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai gelembung paru (alveoli), beserta organ-organ di sekitarnya.
3.      Infeksi Akut
Adalah Infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari ( £ 14 hari ). Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan proses akut.
B.     Sumber Penyakit ISPA
Sumber penyakit adalah sesuatu yang secara konstan mengeluarkan agent penyakit. Agent penyakit merupakan komponen lingkungan yang dapat menimbulkan gangguan penyakit baik melalui kontak secara langsung maupun melalui perantara.
Penyakit ISPA dapat disebabkan oleh berbagai penyebab seperti bakteri, virus, mycoplasma, jamur dan lain-lain. ISPA bagian atas umumnya disebabkan oleh Virus, sedangkan ISPA bagian bawah dapat disebabkan oleh bakteri , virus dan mycoplasma. ISPA bagian bawah yang disebabkan oleh bakteri umumnya mempunyai manifestasi klinis yang berat sehingga menimbulkan beberapa masalah dalam penanganannya.
Bakteri penyebab ISPA antara lain adalah dari genus streptcocus, Stapilococcus, Pneumococcus, Hemofillus, Bordetella dan Corinebacterium. Bakteri tersebut di udara bebas akan masuk dan menempel pada saluran pernafasan bagian atas yaitu tenggorokan dan hidung. Biasanya bakteri tersebut menyerang anak-anak yang kekebalan tubuhnya lemah misalnya saat perubahan musim panas ke musim hujan.
Virus penyebab ISPA antara lain adalah golongan Miksovirus, Adenovirus,Influenza,Sitomegalovirus, Koronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma, Herpesvirus dan lain-lain. Untuk golongan virus penyebab ISPA antara lain golongan miksovirus (termasuk di dalamnya virus para-influensa, virus influensa, dan virus campak), dan adenovirus. Virus para-influensa merupakan penyebab terbesar dari sindroma batuk rejan, bronkiolitis dan penyakit demam saluran nafas bagian atas. Untuk virus influensa bukan penyebab terbesar terjadinya sindroma saluran pernafasan kecuali hanya epidemi-epidemi saja. Pada bayi dan anak-anak, virus-virus influenza merupakan penyebab terjadinya lebih banyak penyakit saluran nafas bagian atas daripada saluran nafas bagian bawah. Secara etiologi, ISPA juga disebabkan oleh Jamur seperti Aspergillus sp.,Candida Albicans,Hitoplasma,dan lain-lain.

C.     Media Transmisi Penyakit ISPA
Penularan penyakit ISPA dapat terjadi melalui udara yang telah tercemar, bibit penyakit masuk kedalam tubuh melalui pernafasan, oleh karena itu maka penyakit ISPA ini termasuk golongan Air Borne Disease. Penularan melalui udara dimaksudkan adalah cara penularan yang terjadi tanpa kontak dengan penderita maupun dengan benda terkontaminasi. Sebagian besar penularan melalui udara dapat pula menular melalui kontak langsung, namun tidak jarang penyakit yang sebagian besar penularannya adalah karena menghisap udara yang mengandung unsur penyebab atau mikroorganisme penyebab.
ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernapasannya. Infeksi saluran pernapasan bagian atas terutama yang disebabkan oleh virus, sering terjadi pada semua golongan masyarakat pada bulan-bulan musim dingin.
ISPA bermula pada saat mikriorganisme atau atau zat asing seperti tetesan cairan yang dihirup, memasuki paru dan menimbulkan radang. Bila penyebabnya virus atau bakteri, cairan digunakan oleh organisme penyerang untuk media perkembangan. Bila penyebabnya zat asing, cairan memberi tempat berkembang bagi organisme yang sudah ada dalam paru-paru atau sistem pernapasan.
D.    Faktor Risiko Penyakit ISPA
v   Manusia
1.      Umur
Berdasarkan hasil penelitian Daulay (1999) di Medan, anak berusia dibawah 2 tahun mempunyai risiko mendapat ISPA 1,4 kali lebih besar dibandingkan dengan anak yang lebih tua. Keadaan ini terjadi karena anak di bawah usia 2 tahun imunitasnya belum sempurna dan lumen saluran nafasnya masih sempit.
2.      Jenis Kelamin
Menurut beberapa penelitian kejadian ISPA lebih sering didapatkan pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan, terutama anak usia muda, dibawah 6 tahun. Menurut Glenzen dan Deeny, anak laki-laki lebih rentan terhadap ISPA yang lebih berat, dibandingkan dengan anak perempuan.
3.      Status Gizi
Anak yang berstatus gizi kurang/buruk mempunyai risiko pneumonia 2,5 kali lebih besar dibandingkan dengan anak yang berstatus gizi baik/normal.
4.      Berat Badan Lahir
Hasil uji statistik diperoleh bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara kejadian pneumonia dengan balita BBLR (p <0,05). Nilai OR 2,2 (CI 95%; 1,481-4,751), artinya anak balita yang menderita pneumonia risikonya 2,2 kali lebih besar pada anak balita yang BBLR.
5.      Status ASI Eksklusif
Anak balita yang menderita pneumonia risikonya 2 kali lebih besar pada anak balita yang tidak mendapat ASI eksklusif.
6.      Status Imunisasi
Hasil uji statistik diperoleh nilai OR = 2,5 (CI 95%; 2.929 – 4.413), artinya anak balita yang menderita pneumonia risikonya 2,5 kali lebih besar pada anak yang status imunisasinya tidak lengkap.



v   Lingkungan
1.      Kelembaban Ruangan
Faktor kelembaban ruangan mempunyai exp (B) 28,097, yang artinya kelembaban ruangan yang tidak memenuhi syarat kesehatan menjadi faktor risiko terjadinya ISPA pada balita sebesar 28 kali.
2.      Suhu Ruangan
Salah satu syarat fisiologis rumah sehat adalah memiliki suhu optimum 18- 300C. Hal ini berarti, jika suhu ruangan rumah dibawah 180C atau diatas 300C keadaan rumah tersebut tidak memenuhi syarat. Suhu ruangan yang tidak memenuhi syarat kesehatan menjadi faktor risiko terjadinya ISPA pada balita sebesar 4 kali.
3.      Ventilasi
Berdasarkan hasil penelitian Afrida (2007), didapatkan bahwa prevalens rate ISPA pada bayi yang memiliki ventilasi kamar tidur yang tidak memenuhi syarat kesehatan sebesar 69,9%, sedangkan untuk yang memenuhi syarat kesehatan sebesar 30,1%. Hasil uji statistik diperoleh bahwa ada hubungan yang bermakna antara kondisi ventilasi dengan kejadian penyakit ISPA (p <0,05).
4.      Kepadatan Hunian Rumah
Menurut Gani dalam penelitiannya di Sumatera Selatan (2004) menemukan proses kejadian pneumonia pada anak balita lebih besar pada anak yang tinggal di rumah yang padat dibandingkan dengan anak yang tinggal di rumah yang tidak padat. Berdasarkan hasil penelitian Chahaya tahun 2004, kepadatan hunian rumah dapat memberikan risiko terjadinya ISPA sebesar 9 kali.
5.      Penggunaan Anti Nyamuk
Penggunaan Anti nyamuk sebagai alat untuk menghindari gigitan nyamuk dapat menyebabkan gangguan saluran pernafasan karena menghasilkan asap dan bau tidak sedap. Adanya pencemaran udara di lingkungan rumah akan merusak mekanisme pertahanan paru-paru sehingga mempermudah timbulnya gangguan pernafasan.
6.      Bahan Bakar Untuk Memasak
Berdasarkan hasil penelitian Afrida (2007), prevalens rate ISPA pada bayi yang dirumahnya menggunakan bahan bakar untuk memasak adalah minyak tanah sebesar 76,6%, sedangkan gas elpiji sebesar 33,3%. Hasil uji chi square menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara penggunaan bahan bakar memasak dengan kejadian penyakit ISPA (p < 0,05).
7.      Keberadaan Perokok
Berdasarkan hasil penelitian Syahril (2006), dari hasil uji statistik diperoleh nilai OR = 2,7 (CI 95%; 1.481 – 4.751) artinya anak balita yang menderita pneumonia risikonya 2,7 kali lebih besar pada anak balita yang terpapar asap rokok dibandingkan dengan yang tidak terpapar.

E.     Kejadian Penyakit
Ada 11 gejala ISPA pada Orang Dewasa dan Anak-anak yaitu:
1.      Banyak Ingus
Seperti pilek atau flu yang akan membuat anak-anak mengeluarkan banyak ingus dari hidung. Bakteri atau virus sudah berkembang dalam saluran pernafasan. Lendir yang keluar dari jaringan hidung adalah reaksi untuk mengeluarkan semua virus. Kondisi ini biasanya dikenal sebagai jenis flu biasa dan orang tua biasanya tidak mengira jika anak terkena ISPA.
2.      Hidung Tersumbat
Hidung tersumbat oleh cairan atau lendir yang mengental akan menyebabkan penderita merasa tidak nyaman. Gangguan ini bisa menjadi lebih parah untuk penderita sinusitis. Kondisi ini biasanya terjadi ketika awal gejala baru muncul. Istirahat yang cukup dan minum banyak air hangat akan membantu mengeluarkan lendir dari hidung.
3.      Batuk
Batuk adalah reaksi tubuh ketika paru-paru memiliki zat asing yang tidak bisa diterima. Ini bisa menjadi reaksi yang cukup baik karena tubuh memberikan perlawanan terhadap infeksi.Namun ketika penderita ISPA sering batuk maka akan membuat tubuh tidak nyaman. Batuk juga bisa menjadi pertanda bahwa infeksi telah menyebar ke paru-paru. Penderita juga bisa mengalami batuk kering ataupun batuk berdahak. Batuk berdahak akan membantu mengeluarkan lendir atau cairan yang ada di paru-paru.
4.      Sakit Tenggorokan
Rasa sakit tenggorokan terjadi setelah beberapa hari virus menyerang saluran pernafasan. Rasa sakit ini bisa muncul bersamaan dengan batuk atau hidung meler. Kondisi ini juga berhubungan dengan virus yang menyerang bagian tenggorokan dan menyebabkan peradangan. Hal ini menyebabkan penderita sulit untuk menelan makanan dan minuman sehingga kondisi tubuhnya bisa menjadi lebih buruk.
5.      Badan Nyeri
Penderita ISPA juga bisa mengalami nyeri pada bagian sendi dan otot tubuh. Reaksi perlawanan tubuh terhadap sumber infeksi di dalam saluran pernafasan membuat sendi dan otot juga menerima akibatnya. Hal ini bisa membuat penderita merasa tidak nyaman, malas untuk melakukan aktifitas dan lebih sering tidur.
6.      Badan Sangat Lelah
Infeksi saluran pernafasan atas juga bisa membuat badan menjadi sangat lelah. Hal ini disebabkan karena tubuh menerima dampak dari infeksi. Selain itu, kondisi pernafasan yang buruk dan sulit untuk menerima makanan akan menyebabkan badan menjadi sangat lemah. Anak-anak biasanya membutuhkan cairan tambahan dari infus untuk mempertahankan tubuh kuat saat melawan infeksi.
7.      Demam atau Menggigil
Demam hingga menggigil menjadi salah satu reaksi yang paling umum ketika tubuh mendapatkan infeksi. Infeksi pada bagian saluran pernafasan atas akan membuat tubuh tidak nyaman, radang tenggorokan dan hidung yang tersumbat. Anak-anak yang menderita demam hingga suhu tertentu bisa kejang dan harus mendapatkan perawatan yang intensif. Infeksi yang telah menyebar hingga ke otak juga harus diperiksa untuk mencegah dampak yang lebih buruk.
8.      Gangguan Pernafasan
Jika infeksi telah menyebabkan rasa tidak nyaman untuk bagian hidung dan tenggorokan, maka penderita juga bisa merasa tidak nyaman untuk bernafas. Kondisi ini juga bisa menjadi lebih buruk jika infeksi telah masuk ke dalam paru-paru. Gangguan pernafasan menyebabkan penderita tidak mendapatkan oksigen yang cukup sehingga gejala bisa menjadi lebih parah.
9.      Sakit Kepala
Sakit kepala bisa menjadi gejala yang muncul pada awal pertama virus masuk ke saluran pernafasan maupun setelah virus berkembang. Sakit kepala sama seperti ketika terkena influenza yang menyebabkan kepala menjadi lebih berat. Pernafasan yang sulit juga bisa membuat sakit kepala menjadi lebih buruk. Ketika sakit kepala maka bayi dan anak-anak mungkin akan menjadi sangat rewel. Saat itu perawatan di rumah sakit sangat diperlukan untuk mengatasi kondisi lain yang lebih berbahaya.
10.  Tubuh Tidak Mendapatkan Oksigen
Saluran pernafasan yang buruk akibat infeksi saluran pernafasan atas yang sudah berkembang akan menyebabkan tubuh kekurangan oksigen. Kondisi ini ditandai dengan sesak nafas, kehilangan konsentrasi, bingung, rewel, dan hilang kesadaran. Jika hal ini terjadi maka bantuan oksigen sangat diperlukan untuk mengatasi dampak yang lebih fatal.
11.  Kehilangan Suara
Penderita infeksi saluran pernafasan atas yang sudah mengalami infeksi lebih lanjut juga bisa kehilangan suara untuk sementara waktu. Kondisi ini berhubungan dengan radang tenggorokan yang sudah cukup buruk. Dokter biasanya memberikan obat jenis antibiotik untuk mencegah infeksi agar peradangan tidak menyebar ke saluran pernafasan yang lain.


BAB III
PENUTUP
A.         Kesimpulan
ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernafasan Akut, yang meliputi saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah. Penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu atau lebih bagian dari saluran napas mulai dari hidung (saluran bagian atas) hingga jaringan di dalam paru-paru (saluran bagian bawah).
Penyakit ISPA menjadi penyakit tertinggi di puskesmas Tamalate pada tahun 2014, penyakit ISPA paling sering menyerang anak kecil. Agent penyakit ISPA yaitu ISPA bagian atas umumnya disebabkan oleh Virus, sedangkan ISPA bagian bawah dapat disebabkan oleh bakteri , virus dan mycoplasma. Sebagai media transmisi terdapat beberapa yang menjadi media transmisi dari penyakit ISPA yaitu ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernapasannya. Infeksi saluran pernapasan bagian atas terutama yang disebabkan oleh virus, sering terjadi pada semua golongan masyarakat pada bulan-bulan musim dingin.
Faktor risiko atau genomic status yang juga dapat mempengaruhi penyakit ISPA dan kejadian penyakit atau gejala yang terlihat, samar, sampai sehat.
B.         Saran
Penyakit ISPA merupakan penyakit yang tidak boleh dipandang enteng sebab penyakit ini dapat meyerang pada segala usia. Oleh karena itu, jika sudah terlihat gejala segera dibawa ke puskesmas atau rumah sakit terdekat untuk pemeriksaan dan pengobatan.


LAMPIRAN
Jenis Penyakit tertinggi di Puskesmas Tamalate
Daftar 10 penyakit tertinggi di puskesmas Tamalate dari bulan januari – Desember  tahun 2014
NO
NAMA PENYAKIT
JUMLAH KASUS
1
Ispa
6.149
2
Hipertensi
2.210
3
Infsal nafas Bag.Atas
2.207
4
Gastritis
2.029
5
Penyakit pulpa dan jaringan perikal
1.802
6
Dermatitis
1.797
7
Artritis
915
8
Faringitis
856
9
Gang.Perkembangan dan Erupsi Gigi
667
10
Sakit Kelapa
628

Total
16.516



DAFTAR PUSTAKA
Semua diakses tanggal 1 Januari 2017

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Laporan Pemeriksaan Logam Berat pada Makanan As dan Pb PMM-A

Laporan Pemeriksaan Usap Alat Makan

Makalah Naegleria Fowleri